TUGAS PENGUKURAN BESARAN ELEKTRIK
Nama : Ilham Ramadhan
Kelas : 2IB01
NPM : 13416438
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018
#Kontruksi Alat Ukur Analog
Dan Digital
Multitester Analog/Digital
Multimeter adalah alat
untuk mngukur listrik yang sering dikenal sebagai VOAM (VolT, Ohm, Ampere
meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun
arus (amper-meter). Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM
(digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya),
dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun
listrik DC.
Multimeter Analog
Merupakan alat ukur
yang bekerja dengan menggunakan teknologi analog. Jadi ketika anda sedang
mengukur suatu besaran listrik, maka cara mengetahui nilainya adalah dengan
melihat angka yang ditunjuk oleh jarum. Setelah itu anda sesuaikan dengan skala
yang sebelumnya dipilih pada selector switch.
Kelebihan: Kelebihan dari multimeter analog adalah dapat digunakan
untuk mengetahui suatu komponen listrik apakah sudah mengalami kerusakan
ataupun belum. Selain itu mltimeter analog juga memiliki harga yang lebih murah
jika dibandingkan dengan multimeter digital.
Kekurangan: Kekurangan dari multimeter analog adalah kurang efisien
ketika digunakan. Dalam membaca nilai besarannya harus menggunakan rumus
tertentu berdasarkan skala yang sebelumnya dipilih. Kekurangan lain dari
multimeter jenis ini yaitu mudah mengalami kerusakan pada bagian jarumnya
(spul). Hal ini bisa terjadi jika anda memilih skala yang lebih kecil dari
besaran listrik yang diukur.
Multimeter
Digital
Sesuai
dengan namanya, multimeter ini telah disematkan dengan teknologi digital. Hal
ini terlihat dari adanya layar LCD yang mampu menampilkan nilai dari besaran
listrik yang sedang diukur. Pengukuran pada multimeter ini ditampilkan oleh ADC
(pengubah analog menjadi digital). Jadi ketika mengukur besaran listrik, anda
cukup dengan melihat angka yang ditunjuk pada layar LCD multimeter digital.
Kelebihan: Kelebihan dari multimeter digital adalah mudah digunakan
dan lebih efisien karena nilai yang diukur akan langsung muncul pada layar LCD
dalam bentuk nominal (angka). Selain itu, nilai yang diukur juga memiliki
tingkat keakuratan yang cukup tinggi, karena kemungkinan kesalahan dalam
pembacaan sangat kecil.
Kekurangan: Kekurangan dari multimeter digital ialah sulit digunakan
untuk mengukur kerusakan pada berbagai komponen elektronika seperti transistor,
elco, dan lain-lain. Multimeter ini juga memiliki harga jual yang cukup mahal
jika dibandingkan dengan multimeter jenis analog.
Fungsi Multimeter :
·
Mengukur tegangan DC
·
Mengukur tegangan AC
·
Mengukur kuat arus DC
·
Mengukur nilai hambatan
sebuah resistor
·
Mengecek hubung-singkat /
koneksi
·
Mengecek transistor
·
Mengecek kapasitor
elektrolit
·
Mengecek dioda, led dan
dioda zener
·
Mengecek induktor
·
Mengukur HFE transistor (type
tertentu)
·
Mengukur suhu (type
tertentu)
A.
Cara Menggunakan Multimeter Analog
Untuk memulai setiap pengukuran,
hendaknya jarum menunjukkan angka nol apabila kedua penjoloknya
dihubungkan. Putarlah penala mekanik apabila jarum belum tepat pada angka nol
(0).
Putarlah sakelar pemilih ke arah
besaran yang akan diukur, misalnya ke arah DC mA apabila akan mengukur arus DC,
ke arah AC V untuk mengukur tegangan AC, dan ke arah DC V untuk mengukur
tegangan DC.
Untuk mengukur tahanan (resistor), sakelar pemilih
diarahkan ke sekala ohm dan nolkan dahulu dengan menggabungkan probe positif
dan negatif. Apabila belum menunjukkan angka nol cocokkan dengan memutar ADJ
Ohm.
Sambungkan penjolok warna merah ke
jolok positif dan penjolok warna hidam ke jolok negatif.
Untuk pengukuran besaran DC, jangan
sampai terbalik kutub positif dan negatifnya karena bisa menyebabkan alat ukurnya rusak.
B. Cara Menggunakan Multimeter Digital
Cara menggunakannya sama dengan multimeter
analog, hanya lebih sederhana dan lebih cermat dalam penunjukan hasil ukurannya
karena menggunakan display 4 digit sehingga mudah membaca dan memakainya.
Putar
sakelar pemilih pada posisi skala yang kita butuhkan setelah alat ukur
siap dipakai.
Hubungkan
probenya ke komponen yang akan kita ukur setelah disambungkan dengan alat ukur.
Catat angka
yang tertera pada multimeter digital.
Penyambungan
probe tidak lagi menjadi prinsip sekalipun probenya terpasang terbalik karena
display dapat memberitahu.
a) Mengukur tegangan DC
Atur Selektor pada posisi
DCV.
Pilih skala
batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan
yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
Untuk
mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada
posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
Hubungkan
atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe warna
merah pada posisi (+) dan probe warna hitam pada titik (-) tidak boleh
terbalik.
Baca hasil
ukur pada multimeter.
b) Mengukur
tegangan AC
Atur Selektor pada posisi ACV.
Pilih skala batas ukur berdasarkan
perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar
12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
Untuk mengukur tegangan yang tidak
diketahui besarnya
Hubungkan
atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek. Pemasangan
probe multimeter boleh terbalik.
Baca hasil
ukur pada multimeter.
c) Mengukur
kuat arus DC
Atur Selektor pada posisi DCA.
Pilih skala batas ukur berdasarkan
perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang di cek sekitar 100mA
maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
Perhatikan dengan benar batas
maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter karena jika
melebihi batas maka fuse (sekring) pada
multimeter akan putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai
dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
Pemasangan probe multimeter tidak
sama dengan saat pengukuran tegangan DC dan AC, karena mengukur arus
berarti kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek
arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
Hubungkan probe multimeter merah pada
output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada input tegangan (+) dari
beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
Baca hasil ukur pada multimeter.
d) Mengukur
nilai hambatan sebuah resistor tetap
Atur Selektor pada posisi
Ohmmeter....
Pilih skala batas ukur berdasarkan
nilai resistor yang akan diukur.
Batas ukur ohmmeter biasanya diawali
dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan
angka pengali sesuai batas ukur.
Hubungkan kedua probe multimeter pada
kedua ujung resistor boleh terbalik.
Baca hasil ukur pada multimeter,
pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai yang ditunjukkan oleh
gelang warna resistor.
e) Mengukur
nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)
Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
Pilih skala batas ukur berdasarkan
nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
Batas ukur ohmmeter biasanya diawali
dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan
angka pengali sesuai batas ukur.
Hubungkan kedua probe multimeter pada
kedua ujung resistor boleh terbalik.
Sambil membaca hasil ukur pada multimeter,
putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter
berubah sesuai dengan putaran VR.
f) Mengecek
hubung-singkat / koneksi
Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
Pilih skala batas ukur X 1 (kali
satu).
Hubungkan kedua probe multimeter pada
kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
Baca hasil ukur pada multimeter,
semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin baik
konektivitasnya.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk
kemungkinan kabel atau terminal tersebut putus.
g) Mengecek
diode
Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
ilih skala batas ukur X 1K (kali satu
kilo = X 1000).
Hubungkan probe multimeter (-)
pada anoda dan probe (+) pada katoda.
Jika diode yang dicek berupa led maka
batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan menyala.
Jika multimeter menunjuk ke angka
tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti dioda baik, jika tidak menunjuk
berarti dioda rusak putus.
Lepaskan kedua probe lalu
hubungkan probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada katoda.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk
(tidak bergerak) berarti dioda baik, jika bergerak berarti dioda rusak
bocor tembus katoda-anoda.
h) Mengecek
transistor NPN
Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
Pilih skala batas ukur X 1K (kali
satu kilo = X 1000).
Hubungkan probe multimeter (-)
pada basis dan probe (+) pada kolektor .
Jika multimeter menunjuk ke angka
tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk
berarti transistor rusak putus B-C.
Lepaskan kedua probe lalu
hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada
kolektor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk
(tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor
rusak bocor tembus B-C.
Hubungkan probe multimeter (-)
pada basis dan probe (+) pada emitor.
Jika multimeter menunjuk ke angka
tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak
menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
Lepaskan kedua probe lalu
hubungkan probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk
(tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor
rusak bocor tembus B-E.
Hubungkan probe multimeter (+)
pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
Jika jarum multimeter tidak menunjuk
(tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor
rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+)
padakolektor tidak diperlukan.
i) Mengecek
transistor PNP
Atur
Selektor pada posisi Ohmmeter.
Pilih skala
batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
Hubungkan
probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
Jika
multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti
transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
Lepaskan
kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+)
pada kolektor.
Jika jarum
multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
Hubungkan
probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
Jika
multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti
transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
Lepaskan
kedua probe lalu hubungkan probe multimeter (-) pada basis dan probe (+)
pada emitor.
Jika jarum
multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
Hubungkan
probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
Jika jarum
multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika
bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada
kolektor tidak diperlukan.
j) Mengecek
Kapasitor Elektrolit (Elko).
Atur Selektor pada posisi Ohmmeter..
Pilih skala batas ukur X 1 untuk
nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X
100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
Hubungkan probe multimeter (-)
pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
Pastikan jarum multimeter bergerak
kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi
semula.
Jika jarum bergerak dan tidak kembali
maka dipastikan elko bocor.
Jika jarum tidak bergerak maka elko
kering / tidak menghantar.
Refrensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar