Senin, 19 Desember 2016

Etnosentrisme, dan Diskriminasi









Etnosentrisme
Etnosentrisme adalah sikap atau pandangan yg berpangkal pd masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yg meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain.
Etnosentrisme adalah suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya. Oleh karena yang dipakai adalah ukuran-ukuran masyarakatnya, orang tersebut akan selalu menganggap kebudayaannya memiliki nilai lebih tinggi daripada kebudayaan masyarakat lain.

Etnosentrisme memiliki dua tipe yang satu sama lain saling berlawanan, yakni :

•    Tipe pertama adalah etnosentrisme fleksibel.
Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.

•    Tipe kedua adalah etnosentrisme infleksibel.
Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
Kesimpulannya di Indonesia banyak tejadi hal – hal seperti di atas, hal itu dikarenakan beberapa faktor, antara lain perbedaan agama, budaya, keyakinan, dan lainnya. Untuk menghindari hal tersebut dirasa sulit sebab kurangnya wadah untuk menampung hal tersebut, misalnya kurangnya hubungan antar kelompok, kurangnya sosialisasi, dan yang terpenting adalah kurangnya kesadaran dari diri sendiri, apabila hal itu dapat dilakukan niscaya hal – hal diatas tidak akan tumbuh.

Etnosentrisme dapat menghambat hubungan antarkebudayaan atau bangsa. Etnosentrisme juga dapat menghambat proses asimilasi dan integrasi sosial. Bahkan, etnosentrisme bisa menjadi potensi konflik antarkelompok.
Salah satu contoh  etnosentrisme adalah ketika terjadi pengusiran terhadap etnis Madura di Kalimantan, banyak etnis Madura di lain tempat mengecam pengusiran itu dan membantu para pengungsi.
Meskipun begitu, etnosentrisme juga memiliki segi-segi positif sebagai berikut:
a.    Menjaga keutuhan dan kestabilan budaya
b.    Mempertinggi semangat patriotisme dan kesetiaan kepada bangsa
c.    Memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan atau bangsa.

Sebagai contoh di Papua. Seperti yang diberitakan Kompas Juli 2002, ada 312 suku yang menghuni Papua. Suku-suku ini merupakan penjabaran dari suku-suku asli yaitu Dani, Mee, Paniai, Amungme, Kamoro, biak, Ansus, Waropen, Bauzi, Asmat, Sentani, Nafri, Meyakh, Amaru, dan Iha. Setiap suku memiliki bahasa daerah (bahasa ibu) yang berbeda. Sehingga saat ini tedapat 312 bahasa di sana.

Tempat-tempat pemukiman suku-suku di Papua terbagi secara tradisional dengan corak kehidupan sosial ekonomi dan budaya sendiri. Suku-suku yang mendiami pantai, gunung, dan hutan memiliki karakteristik kebudayaan dan kebiasaan berbeda.. Hal ini pula berimbas pada nilai, norma, ukuran, agama, dan cara hidup yang beranekaragam pula.

Keanekaragaman ini sering memicu konflik antarsuku. Misalnya yang terjadi pada tahun 2001, dimana terdapat perang adat antara suku Asmat dan Dani. Masing-masing-masing-masing suku merasa sukunyalah yang paling benar dan harus dihormati. Perang adat berlangsung bertahun-tahun. Karena sebelum adanya salah satu pihak yang kalah atau semkain kuat danmelebihi pihak yang lain, maka perang pun tidak akan pernah berakhir.

Diskriminasi

Diskrimasi adalah pembedaan perlakuan thd sesama warga negara (berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb).
Praktik diskriminasi merupakan tindakan pembedaan untuk mendapatkan hak dan pelayanan kepada masyarakat dengan didasarkan warna kulit, golongan, suku, etnis, agama, jenis kelamin, dan sebagainya serta akan menjadi lebih luas cakupannya jika kita mengacu kepada Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Pasal 1 ayat (3) UU tersebut menyatakan bahwa diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tidak langsung didasarkan perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik, yang berakibat pengangguran, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan yang lain.

Namun masih adanya pembedaan penggolongan dalam pencatatan sipil, khususnya bagi orang keturunan Cina, walaupun dalam akta kelahiran telah dicantumkan warga negara Indonesia, masih diperlukan penegasan kembali dengan surat bukti kewarganegaraan RI (SBKRI). Walaupun telah ada Keputusan Presiden tentang tidak diperlukannya SBKRI, dalam praktiknya hal tersebut masih saja terjadi. Keadaan itu pada akhirnya dapat menimbulkan kerancuan karena perlu adanya pembuktian kewarganegaraan terhadap warga negara tetapi khususnya suku etnis Cina, yang telah menjadi warga negara Indonesia, masih perlu surat bukti lain untuk mendukung keberadaannya. Adanya diskriminasi itu menimbulkan ketidakadilan bagi suku/etnik tersebut karena mengalami perbedaan.

Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi
•    Latar belakang sejarah
•    Dilatarbelakangi oleh perkembangan sosio - kultural dan situasional
•    Bersumber dari faktor kepribadian
•    Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama

Upaya yang dilakukan untuk menghindari prasangka dan diskriminasi
•    Perbaikan kondisi sosial dan ekonomi
Pemerataan pembangunan dan usaha dan peningkatan pendapatan bagi warga negara Indonesia yang masih tergolong di bawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan – kesenjangan sosial antara si kaya dengan si miskin.
Melalui pelaksanaan program – program pembangunan yang mantapyang didukung oleh lembaga – lembaga ekonomi pedesaan.
•    Perluasan kesempatan kerja
Adanya usaha – usaha pemerintah dalam perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warga negara Indonesia, paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan terutama pendidikan tinggi hanya dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah dan kalangan atas.
•    Sikap terbuka dan sikap lapang
Upaya melakukan komunikasi dua arah karena masing – masing berniat membuka diriuntuk berdialog antar golongan, antar kelompok sosial yang diduga berprasangka dengan tujuan membina kesatuan dan persatuan bangsa adalah suatu cara yang bijaksana.



   Contoh Prasangka,Diskiriminasi&Etnosentris
 
1.      Prasangka di Indonesia:
Adanya persaingan antar individu secara berlebihan dalam suatu lingkungan, misalnya persaingan antar karyawan dalam suatu tempat kerja.
2.      Diskriminasi di Indonesia:
Cina sebagai kelompok minoritas, sering menjadi sasaran rasial, walaupun secara yuridis telah menjadi warga negara Indonesia dan dalam UUD 1945 Bab X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
3.      Etnosentris di Indonesia :

Salah satu contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak ditentang oleh para ahli ilmu sosial.

Contoh yang lain adalah kebiasaan memakai koteka bagi masyarakat papua pedalaman. Jika dipandang dari sudut masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan. Tapi oleh warga pedalaman papua, memakai koteka dianggap sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggan.


Cara mencegah Prasangka,Diskriminasi&Etnosentris

Beberapa cara mencegah sifat prasangka,diskriminasi&etnosentris :

1.Berfikir Positif. Dengan berfikir positif, kita akan selalu dapat melihat kebaikan orang lain sehingga menghindarkan kita dari prasangka buruk. Dengan selalu melihat kebaikan orang lain, kita pun akan berteman dengan orang-orang yang baik pula.
2. Lengkapi Informasi. Sebelum menuduh seseorang, coba berfikir ulang, apakah info yang anda dapat sudah pasti kebenarannya. Mengecek dengan teliti benar atau tidaknya dugaan kita terhadap orang lain, akan sangat membantu menghilangkan prasangka buruk kepada orang tersebut.
3. Perluas Pergaulan. Carilah teman sebanyak mungkin, jangan membatasi pergaulan hanya dengan orang-orang tertentu. Dengan pergaulan yang luas dan beragam, akan terbuka pikiran dan wawasan tentang segala hal yang ada di sekitar kita. Kitapun akan lebih mudah beradaptasi dan bertoleransi dengan orang lain.
4. Perbanyak Kegiatan. Isi waktu dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Ini agar tidak ada waktu yang terbuang percuma sekaligus mencegah timbulnya pikiran-pikiran negatif.
5. Tingkatkan Ibadah. Mendekatkan diri pada Tuhan dengan semakin meningkatkan kulitas ibadah merupakan salah satu cara yang efektif untuk menepis prasangka buruk serta membuat hati kita bersih dan damai.

 



KESIMPULAN
    Diskriminasi, dan Dtnosentrisme tidak baik untuk kita dan lingkungan kita. Sebaiknya kita menjauh dari perbuatan perbuatan seperti prasangka buruk, diskriminasi, etnosentrisme dan kita harus saling menghargai terhadap sesama.
Perlunya sikap yang benar dan tidak mudahnya berprasangka buruk terhadap orang lain sangat diperlukan untuk mencegah suatu kesalah pahaman terjadi. Indonesia sebagai negara demokrasi seharusnya sudah harus terlepas dari prasangka, diskriminasi dan etnosentris pada setiap masyarakatnya. Karena seharusnya dinegara ini tidak memandang dan membeda-bedakan sesorang dari ras, agama, suku, dan lainnya, setiap orang memiliki hak yang sama di dalam negara ini.

http://istnamerivaaa.blogspot.co.id/2012/01/etnosentrisme-prasangka-dan.html

Agama dalam Masyarakat






 
     Peranan agama dalam kehidupan sosial menyangkut dua hal yang sudah tentu hubungannya erat, memiliki aspekaspek yang terpelihara. Yaitu pengaruh dari citacita agama dan etika agama dalam kehidupan individu dari kelas sosial dan grup sosial, perseorangan dan kolektivitas, dan mencakup kebiasaan dan cara semua unsur asing agama diwarnainya. Yang lainnya juga menyangkut organisasi dan fungsi lembaga agama sehingga agama dan masyarakat itu berwujud kolektivitas ekspresi nilainilai kemanusiaan, yang mempunyai seperangkat arti mencakup perilaku sebagai pegangan individu dengan kepercayaan dan taat kepada agamanya. Agama sebagai suatu sistem mencakup individu dan masyarakat, seperti adanya emosi keagamaan, keyakinan terhadap sifat faham, ritual, serta umat atau kesatuan sosial yang terkait agamanya. Agama dan masyarakat dapat pula diwujudkan dalam sistem simbol yang memantapkan peranan dan motivasi manusianya, kemudian terstrukturnya mengenai hukum dan ketentuan yang berlaku umum, seperti banyaknya pendapat agama tentang kehidupan dunia seperti masalah keluarga, bernegara, konsumsi, produksi, hari libur, prinsip waris, dan sebagainya.

A.    PENGERTIAN AGAMA
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata agama. Namun sulit mendefinisikan pengertian dari agama itu sendiri.  Agama menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah system atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Definisi lain menyebutkan bahwa kata “agama” berasal dari bahasa Sanskrit “a” yang berarti tidak dan “gama ” yang berarti pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun dalam kehidupan manusia.[1]  Dalam hal ini ternyata agama memang mempunyai sifat seperti itu. Agama, selain bagi orang-orang tertentu, selalu menjadi pola hidup manusia.
Siti galzaba memberikan definisi bahwa agama ialah kepercayaan kepada Yang Kudus, menyatakan diri berhubungan dengan Dia dalam bentuk ritus, kultus, dan permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan doktin tertentu.[2] Karena dalam definisi yang dikemukakan diatas terlihat kepercayaan yang diungkapkan dalam agama itu masih bersifat umum, Gazalba mengemukakan definisi agama islam, yaitu: kepercayaan kepada Allah yang direalisasikan dalam bentuk peribadatan, sehingga membentuk Taqwa berdasarkan al-Quran dan Sunnah.[3]
Muhammad Abdul Qadir Ahmad mengatakan agama yang diambil dari pengertian din al-haq ialah system hidup yang diterima dan diridhai Allah ialah system yang hanya diciptakan Allah sendiri dan atas dasar itu manusia tunduk dan patuh kepadaNya. System hidup itu mencakup berbagaiaspek kehidupan, termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal perbuatan yang disyariatkan Allah untuk manusia.[4]
Selanjutnya Thaib Thai mengemukakan definisi sebagai suatu peraturan tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.[5]
Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci dengan tujuan untuk member tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang didalamnya mencakup unsure emosional dan kenyataan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.

C.    MENGAPA MANUSIA BUTUH AGAMA
Sebenarnya manusia memiliki intuisi (daya batin) yang sanggup memahami adanya tuhan tanpa melalui berpikir dan belajar. Karen memiliki intuisi seperti itu, maka manusia dipandang sebagai homodivinan (makhluk bertuhan), wujud pemahaman manusia terhadap Tuhan terukir dalam keadaran dan perasaan batinnya berupa kepercayaan atau keyakinan.
Manusia mempunyai potensi dasar cukup banyak jumlahnya dan diantaranya adalah kesanggupan untuk meyakini adanya Tuhan dan melaksanakan tata aturanNya. Potensi-potensi dasar yang dimiliki manusia itu bersifat fitrah. Potensi itupun yang melatar belakangi manusia untuk berusaha mecari agama dan akhirnya timbul ketergantungan atau kebutuhan terhadap agama itu sendiri. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama.



D.    PENGARUH AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilksanakan.
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :
·         Karena agama merupakan sumber moral
·         Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
·         Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
·         Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Agama dalam kehidupan individu berungsi sebagai suatu system yang memuat norma-norma tertentu adapun fungsi agama dalam kehidupan agama diantaranya adalah:
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:
-          Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT
-          Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat  menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.
-          Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
-          Memainkan fungsi kawanan sosial
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial

Ø  Studi kasus
Contoh kasus yaitu “anomi”, yaitu keadaan disorganisasi sosial di mana bentuk sosial dan kultur yang mapan jadi ambruk. Hal ini, pertama, disebabkan oleh hilangnya solidaritas apabila kelompok lama di mana individu merasa aman dan responsive dengan kelompoknya menjadi hilang. Kedua, karena hilangnya consensus atau tumbangnya persetujuan terhadap nilai-nilai dan norma yang bersumber dari agama yang telah memberikan arah dan makna bagi kehidupan kelompok.
Sudah jelas bahwa agama dalam kehidupan manusia ataupun dalam hal organisasi sangat dibutuhkan, penting untuk membangun sebuah organisasi, karena jika sebuah organisasi tidak disertai dengan rasa keberagamaan akan menyebabkan bertumbangnya persetujuan terhadap nilai-nilai norma yang bersumber dari agama.
Contoh kasus diatas sangat sesuai dengan teori fungsi agama dalam hidup manusia, menurut saya jika dalam sebuah organisasi tidak ada rasa keberagamaan mungkin  organisasi itu tidak akan berjalan lancar dan mulus. Dimana agama menciptakan suatu ikatan bersama baik antara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang mempersatukan mereka.


  Kesimpulan
        Pengertian agama menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.
Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan relegi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.
Bukti di atas sampai pada pendapat bahwa agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate. Kemudian, pada urutannya agama yang diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosial untuk manusia.

http://ainunwima.blogspot.co.id/2014/08/pengaruh-agama-dalam-kehidupan.html